Seorang Yahudi yang nasabnya masih
berasal dari keturunan Nabi Yaqub as dan masih merupakan keturunan dari
Nabi Harun as. Wanita yang terpandang, cerdas, cantik dan rupawan, dan
berasal dari keluarga terhormat, Shafiyyah. Shafiyyah berasal dari
keturunan Yahudi Khaibar, Ayahnya Huyay bin Akhtab adalah tokoh
terkemuka di sana.
Salah satu alasan kaum Yahudi membenci
Rasulullah adalah karena rasa iri dan cemburu mereka, bahwa Allah
mengutus Nabi Muhammad SAW bukan berasal dari kaum mereka, namun dari
bangsa Arab, sedangkan mereka berkeyakinan bahwa mereka adalah anak anak
dan kesayangan Allah, serta bangsa pilihan Allah di muka bumi. Oleh
karena itulah bangsa Yahudi sangat membenci Rasulullah, dan memusuhinya.
Shafiyyah, menyaksikan sendiri betapa besar kebencian ayahnya terhadap
Nabi Muhammad SAW. Ayahnya, Huyay bin Akhtab adalah orang yang menjadi
provokator dan merancang konspirasi keji bersama kaum Quraisy yang
memusuhi Rasulullah, dan bani Quraizhah untuk bekerjasama membunuh
Rasululah, namun usaha itu gagal.
Shafiyyah juga menyaksikan
betapa suaminya Khinanah dan kaum Yahudi Khaibar melakukan berbagai cara
untuk memusuhi Rasulullah dan berusaha membunuh beliau, hingga akhirnya
dalam Perang Khaibar Allah memberi kemenangan kepada kaum Muslimin,
kaum Muslimin berhasil menggempur benteng benteng Khaibar yang terkenal
kokoh. Shafiyyah adalah termasuk barisan wanita yahudi yang berada dalam
tawan seorang sahabat seusai perang tersebut, Dihyah Al Kalbi.
Rasulullah
akhirnya menikahi Shafiyyah dengan memerdekakan Shafiyah sebagai
maharnya, Shafiyyahpun menjadi Istri Rasulullah SAW. Shafiyyah begitu
bahagia, ia tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang Mukmin,
apalagi Ummul Mukminin, kebahagiaan yang tidak dapat ia lukiskan dengan
kata kata. Shafiyyah dikenal sebagai wanita yang berhati mulia, dan
berhati lembut, berusaha dengan giat mengejar ketertinggalannya untuk
mempelajari Islam, dan memiliki kedudukan yang tinggi di hati Rasulullah
SAW. Shafiyyah menghabiskan hidupnya dengan berdakwah dan berbuat baik,
hasrat hatinya adalah selalu ingin membuat orang lain bahagia.
Shafiyyah
adalah bukti Kebesaran dan Kasih sayang Allah terhadap semua
makhluknya. Shafiyyah bukanlah orang yang pertama kali masuk ke dalam
barisan Agama yang diridhai Allah ini, ia adalah keturunan bangsa Yahudi
yang sangat membenci dakwah Rasulullah. Meskipun Ayahnya dan Suaminya
adalah orang yang sangat terkenal dengan kebencian terhadap Rasulullah,
tidak ada sirah yang menceritakan kebencian yang timbul di hati
Shafiyyah terhadap Rasulullah dan Agama ini. Sungguh ini adalah bukti
kekuasaan Allah untuk memberikan Petunjuk kepada siapa yang dia
kehendaki.
Keistimewaan lain dari Shafiyyah adalah pertanda yang
diberikan Allah bahwa ia akan menjadi Istri Rasulullah. Ibnu Umar ra.
Menuturkan, “saat itu, disekitar mata Shafiyyah tampak lembam, sehingga
Rasululah menanyakannya, ‘kenapa di sekitar matamu ada lebam seperti
ini?’, Shafiyyah menjawab, ‘waktu itu aku berkata pada suamiku dulu,
Sesungguhnya aku bermimpi melihat bulan turun ke pangkuanku. Tiba tiba
dia menamparku seraya berkata, ‘apakah engkau menginginkan Raja Yastrib
itu?’, Shafiyyah berkata kepadaku (Ibnu Umar), ‘hingga saat itu tidak
ada orang yang lebih aku benci dari pada Rasulullah, bagaimana tidak,
beliau telah membunuh ayahku dan suamiku. Akan tetapi Rasulullah tidak
berhenti untuk meminta maaf kepadaku dan mengutarakan alasannya, “wahai
Shafiyyah, masalahnya, Ayahmu memprovokasi seluruh kekuatan Arab untuk
membunuhku, lalu begini, begini…., beliau terus memahamkanku sehingga
rasa benciku kepada beliau benar benar hilang’”.
Banyak hikmah
yang dapat kita gali dari kisah Ummul Mukminin yang satu ini, di
antaranya kesucian dan keluruhan hatinya memandang Islam, meskipun ia
dikelilingi oleh orang orang yang membenci Agama Allah ini, dan
hikmah-hikmah lainnya yang dapat kita petik dengan mengkontekskannya
dalam kehidupan kita sehari hari.
Semoga kita termasuk orang orang
yang mendapat petunjuk dari Allah, karena sesungguhnya “… barang siapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barang siapa yang disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan
seorang penolong yang dapat memberi petunjuk padanya..” (QS. Al Kahfi :
17)”
—
Rujukan: 35 Sirah Shahabiyah jilid 1 Mahmud Al Mishri
0 komentar:
Posting Komentar